Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah bersabda, “ 3 golongan yang akan selalu di beri pertolongan oleh Allah ialah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah swt ,seorang penulis yang selalu memberi penawar dan seorang yang menikah demi menjaga kehormatan dirinya” (Hadith riwayat Thabrani) dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari Ad Dur Al Mantsur.















Rabu, 25 Ogos 2010

~Kenali Malaikat~

Baru2 ni kita dikejutkan dengan video malaikat di atas Kaabah.. ternyata video itu hanyalah palsu.. sila rujuk entry ini~~> Jawapan Kepada Video Malaikat di atas Kaabah~
jadi hari ni saya nak share info tentang malaikat... maklumat ni saya dpt dari satu forum, tp sumber asalnya tidak diketahui... harap sama2 fahamkan dan tmbah ilmu masing2.. InsyaAllah~~
maaf entry ni sgt pnjg, tp tidak rugi membaca~~~

SIAPAKAH MALAIKAT ITU?

Malaikat adalah suatu alam yang halus, termasuk hal-hal yang gaib, tidak dapat dicapai oleh pancaindera. Jadi mereka tidak termasuk dalam golongan makhluk yang wujud jasmaniahnya dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan. Mereka hidup dalam suatu alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita saksikan ini, oleh sebab itu tidak dapat dicapai oleh pandangan kita. Yang mengetahui perihal dan hakikat mereka yang sebenarnya hanayalah Allah Taala sendiri. Malaikat disucikan dari dorongan syahwat hewani, terhindar dari keinginan-keinginan hawa nafsu, terjauh dari perbuatan-perbuatan dosa dan salah. Mereka tidak seperti manusia yang suka makan, minum, tidur, berjenis lelaki atau wanita.

Jadi mereka memang mempunyai suatu alam yang tersendiri, berdiri dalam bidangnya sendiri, bebas menurut hal-ihwalnya sendiri, tidak dihinggapi oleh sifat yang biasa diterapkan terhadap manusia, misalnya hubungannya dengan kebendaan (materi keduniaan), juga mereka mempunyai kekuasaan dapat menjelma dalam rupa manusia atau lain bentuk yang dapat dicapai oleh rasa dan penglihatan. Hal ini jelas sebagaimana kedatangan Jibril a.s. ke tempat Sayidah Maryam saat ia menjelmakan dirinya dalam bentuk manusia seperti yang disebut dalam Alquran, “Dan ceritakanlah (kisah) Maryam (yang tersebut) dalam Alquran, ketika ia berangkat meninggalkan keluarganya ke suatu tempat yang terletak di sebelah timur. Ia membuat tabir (yang melindunginya) dari mereka. Kemudian Kami (Allah) mengutus Ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (sebagai seorang) manusia yang sebenarnya.” (Q.S. Maryam:16-17)

Ada kisah lain yang menyebutkan bahwa sekelompok malaikat datang di tempat Nabi Ibrahim a.s. dan mereka menjelma sebagai manusia. Kedatangannya membawa berita gembira. Oleh Nabi Ibrahim a.s. yang menyangka bahwa mereka adalah tamu-tamu manusia biasa, lalu diberi hidangan makanan. Peristiwa ini tercantum dalam Alquran, yaitu, “Niscaya telah datang utusan-utusan Kami (malaikat) kepada Ibrahim dengan membawa berita kegembiraan. Mereka mengucapkan padanya, ‘Salam (damai)’ Ibrahim menjawab, ‘Selamat.’ Sejurus kemudian dihidangkanlah daging sapi yang dibakar. Setelah dilihat oleh Ibrahim bahwa tangan mereka tidak menjamah makanan itu, ia pun mulai curiga dan merasa takut. Mereka berkata, ‘Jangan engkau takut, sesungguhnya kami dikirim untuk kaum Luth.’ Dan istrinya berdiri dengan tersenyum, lalu kami sampaikan berita gembira berupa akan dilahirkannya Ishak dan di belakang Ishak nanti, lahir pula Yakub. Istrinya berkata, ‘Aduhai! Apakah aku akan melahirkan anak, sedang aku adalah wanita yang sudah tua sekali dan ini suamiku sudah tua pula? Bukankah ini suatu peristiwa yang ganjil sekali.’ Mereka mengatakan, ‘Apakah engkau heran terhadap keputusan Allah. Rahmat dan berkah Allah untukmu, hai penghuni rumah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Terpuji dan Termulia.” (Q.S. Hud:69-73)

DARI APA MALAIKAT DICIPTAKAN

Allah swt. menciptakan malaikat dari nur (cahaya), sebagaimana Dia menciptakan Nabi Adam a.s. dari tanah liat, juga sebagaimana menciptakan jin dari api. Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah r.a, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan padamu semua.” (H.R. Muslim)

Tempat kediaman malaikat ada di langit, tetapi mereka dapat pula turun dari langit dengan perintah Allah Taala.

Imam Ahmad dan Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. bertanya kepada Jibril a.s., sabdanya, “Apakah yang menghalang-halangi Tuan jika berziarah kepada kami, lebih banyak lagi dari yang biasa Tuan lakukan?” Jibril a.s. menyampaikan ayat yang artinya, “Dan kami (Jibril) tidaklah turun melainkan dengan perintah Tuhanmu, bagi-Nyalah apa yang ada di hadapan kita, apa yang di belakang kita dan apa yang ada di antara keduanya itu. Tuhanmu bukanlah pelupa.” (Q.S. Maryam:64)


Allah Taala menciptakan malaikat lebih dahulu daripada manusia. Sebelum itu Allah Taala memang telah memberitahukan kepada seluruh malaikat bahwa manusia hendak diciptakan untuk dijadikan sebagai khalifah (pengganti) di atas permukaan bumi, sebagai mana firman-Nya, “Dan di kala Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak membuat khalifah di bumi.’ Malaikat lalu berkata, ‘Apakah Engkau akan membuat di bumi orang yang hendak membuat kerusakan serta menumpahkan darah (bunuh-membunuh), sedang kita memahasucikan dengan memuji syukur pada-Mu serta mensucikan-Mu.’ Allah lalu berfirman, ‘Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu semua tidak mengetahuinya.’” (Q.S. Al-Baqarah:30)


MANUSIA LEBIH UTAMA DARI MALAIKAT

Yang terang dan jelas ialah bahwa manusia lebih utama dan lebih mulia daripada malaikat, sebagaimana yang nyata tentang kelemahan malaikat menjawab berbagai pertanyaan yang dikemukakan oleh Allah swt. kepada mereka mengenai nama-nama benda yang tertentu, sedangkan Adam a.s. dapat memberikan jawabannya dengan tepat dan benar. Jadi Allah Taala telah memuliakan manusia dengan mengaruniakan ilmu pengetahuan yang tidak diberikan kepada malaikat, juga manusia diberi keistimewaan untuk mengenal dan mengetahui bermacam-macam benda dan barang. Selain itu Allah Taala pernah memerintahkan kepada malaikat untuk memberi penghormatan kepada Adam a.s. Hal ini rasanya cukup sebagai bukti bahwa Allah Taala sengaja menunjukkan bahwa memang manusia yang lebih utama dan lebih mulia daripada malaikat sendiri.

Allah swt. berfirman, “Dan Allah mengajarkan kepada Adam akan beberapa nama, kemudian Allah memperlihatkan semuanya (benda-bendanya) kepada malaikat, kemudian Dia berfirman, ‘Beritahukanlah pada-Ku nama-nama semuanya ini, jika kamu semua benar!’ Malaikat berkata, ‘Maha Suci Engkau, kita tidak mengetahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kita, sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui lagi Bijaksana.’ Allah berfirman, ‘Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama semuanya itu.’ Setelah Adam memberitahukan semua nama-namanya, Allah lalu berfirman, ‘Bukankah sudah Kukatakan padamu semua bahwa sesungguhnya Aku mengetahui kegaiban-kegaiban di langit dan bumi, juga Aku mengetahui apa yang kamu semua tampakkan dan yang kamu semua sembunyikan.’ Maka di kala itu Kami berfirman kepada malaikat, ‘Berilah penghormatan kepada Adam.’ Kemudian mereka pun menghormat padanya selain iblis. Ia enggan dan menyombongkan diri dan ia termasuk dalam golongan orang-orang yang kafir (tidak beriman).” (Q.S. Al-Baqarah:31-34)

Dari sudut lain, kita dapat mengetahui bahwa ketaatan yang diberikan oleh malaikat adalah suatu hal yang terjadi secara otomatis (dengan sendirinya), juga mereka meninggalkan kemaksiatan pun tidak perlu dengan menekan jiwa atau diusahakan dengan sesungguh-sungguhnya. Jadi tanpa dipaksa pun sudah dapat menghindarkan diri dari kemaksiatan, karena memang tidak ada syahwat mereka. Oleh sebab itu, mana pun yang dapat dinamakan keutamaan bagi golongan malaikat dalam hal ketaatan dan kebaktian, juga dalam meninggalkan kemaksiatan, sedangkan kedua hal tersebut mereka laksanakan sebagai suatu hal yang sudah semestinya berjalan demikian. Jadi tidak ubahnya dengan berkembang-kempisnya jantung mengalirkan darah dan gerakan kedua paru-paru ketika bernafas. Sedangkan manusia tidak seenak itu dalam beribadah, berbakti serta meninggalkan kemaksiatan dan berbuat dosa. Ia harus berjuang dengan segenap tenaga dan jiwa melawan kehendak hawa nafsu, memerangi ajakan setan, memaksakan diri untuk melakukan ketaatan dan bekerja keras guna menyempurnakan kesucian jiwa meluhurkan ruh dan membersihkan hati, baik ia melakukannya dengan senang hati atau hanya terdorong oleh rasa takut kepada siksaan. Di sinilah letak perbedaan yang jelas, bahwa manusia memang lebih mulia daripada malaikat.


TABIAT MALAIKAT

Tabiat malaikat ialah secara sempurna berbakti kepada Allah, tunduk dan patuh pada kekuasaan dan keagungan-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan mereka pun ikut mengatur alam semesta menurut kehendak dan iradah Allah Taala. Jadi Allah Taala dalam mengatur dan menertibkan segenap isi kerajaan-Nya ini menggunakan tenaga malaikat dan malaikat tidakuasa melakukan sesuatu yang timbul dari kemauannya sendiri. Dalam Alquran disebutkan, “Malaikat itu takut kepada Tuhannya yang berkuasa di atas mereka dan mengerjakan apa saja yang diperintahkan.” (Q.S. An-Nahl:50)

Ada pula ayat lain yang berbunyi, “Bahkan malaikat adalah para hamba Allah yang dimuliakan. Mereka tidak mendahului Allah dengan perkataan dan mereka mengerjakan sesuai dengan perintah-Nya. Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka juga tidak dapat memberikan pertolongan, melainkan kepada orang yang disukai oleh Allah dan mereka pun selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (Q.S. Al-Anbiya:26-28)

Ada lagi firman Allah, yaitu, “Malaikat tidak bermaksiat kepada Allah mengenai apa-apa yang diperintahkan oleh-Nya kepada mereka dan tentu mengerjakan apa-apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6)

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila Allah menentukan suatu keputusan di langit, maka semua malaikat memukulkan sayap-sayapnya karena tunduk pada firman-Nya seolah-olah sebagai suatu bunyi-bunyian yang nyaring di atas sebuah batu yang licin. Selanjutnya apa bila telah lenyap ketakutan itu dari hati mereka, mereka pun berkata, ‘Apakah yang diucapkan oleh Tuhanmu?’ Jawabnya, ‘Kebenaran dan Dia adalah Maha Luhur lagi Maha Besar.’”

PERBEDAAN MALAIKAT

Malaikat dalam penciptaannya ada perbedaannya, sebagaimana juga perbedaan mereka dalam hal kedudukan, pangkat dan sebagainya, itu semua hanya dimaklumi oleh Allah swt. sendiri. Allah Taala berfirman, “Segenap puji bagi Allah, Maha Pencipta langit dan bumi, yang membuat malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap-sayap, ada yang dua, tiga atau empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Fathir:1)


Maksudnya bahwa Allah Taala menciptakan malaikat berupa makhluk yang bersayap dan di antaranya ada yang bersayap dua buah, tiga buah, empat buah dan ada pula yang lebih dari itu. Semua ini menunjukkan nilai dan perbedaan pangkat di sisi Allah Taala, juga tentang kekuasaannya cepat atau lambatnya dalam berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Masud r.a., demikian, “Rasulullah saw. melihat Jibril a.s. dan ia mempunyai enam ratus buah sayap.” Banyaknya sayap adalah sebagai tanda lebih cepat menunaikan perintah-perintah Allah Taala serta menyampaikan risalah-Nya. Dalam Alquran disebutkan, “Tiada seorang pun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu. Sesungguhnya kami bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah) dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (mensucikan Tuhan).” (Q.S. Ash-Shaffat:164-166)


Inti dari ayat-ayat di atas menunjukkan pengakuan seluruh malaikat yang mengatakan kami semua bershaf-shaf dengan rapi dan teratur kemudian bersama-sama memahasucikan Tuhan dengan mengucapkan tasbih serta mengagungkan-Nya dari segala sifat kekurangan dan kami semua adalah hamba-hamba-Nya, membutuhkan kepada-Nya dan tunduk serta patuh pula pada perintah-Nya.

Perlu dimaklumi bahwa perihal sayap malaikat, termasuk soal gaib yang kita diwajibkan untuk mempercayainya, tetapi tanpa membahas bagaimana keadaan, sifat, bentuk, warna dan lain-lainnya sebab memang kita tidak diperintah untuk mengetahui hal-hal seperti itu, sedangkan Rasulullah saw. sendiri pun tidak memberitahukan sedikit pun mengenai hal ini.

Perihal tempat malaikat, Ibnu Katsir berkata, “Tidak satu malaikat pun melainkan ia pasti mempunyai sebuah tempat yang khusus di langit, juga kediaman tertentu untuk melaksanakan ibadah kepada Tuhan. Tempat kediaman ini tidak akan dilaluinya atau dilewati dari batas yang dikhususkan tadi.”


Ibnu Asakir berkata dalam biografinya dengan sanad dari Muhammad bin Khalid dari Abdurrahman bin Ala bin Sa'din dari ayahnya yang termasuk salah seorang yang mengucapkan baiat pada hari pembebasan kota Mekah, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda pada suatu hari kepada sahabat-sahabatnya, “Langit bergerak dan sudah dipastikan ia akan bergerak. Tidak ada setapak kaki pun melainkan di atasnya ada malaikat yang rukuk atau sujud.” Beliau lalu membaca ayat di atas yang artinya, “Tiada seorang pun dari kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu. Sesungguhnya kami bershaf-shaf dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih.” (Q.S. Ash-Shaffat:164-166)


TUGAS MALAIKAT

Malaikat mempunyai pekerjaan tersendiri dalam alam Ruh di samping pekerjaan mereka dalam alam dunia semesta ini. Mereka pun mempunyai hubungan yang khusus dengan bangsa manusia.

TUGAS MALAIKAT DALAM ALAM RUH

Tugas malaikat yang ada di dalam alam Ruh dapat disimpulkan sebagai berikut:

Bertasbih (memahasucikan serta patuh dan tunduk sepenuhnya kepada Allah Taala sebagaimana firman Allah Taala, “Sesungguhnya semua malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidak menyombongkan diri dan tidak enggan beribadah kepada-Nya. Mereka memahasucikan dan bersujud kepada-Nya.” (Q.S. Al-A'raf:206)

Juga firman-Nya, “Engkau lihat malaikat-malaikat berkerumun di sekitar arasy sambil memahasucikan dengan memuji kepada Tuhan mereka.” (Q.S. Az-Zumar:75)

Memikul arasy sebagaimana firman-Nya, “Malaikat-malaikat yang memikul arasy dan yang ada berada di sekitarnya sama memahasucikan dengan memuji kepada Tuhan mereka dan mereka pun beriman pada-Nya.” (Q.S. Ghafir:7)

Pula firman-Nya, “Dan delapan malaikat pada hari itu memikul singgasana Tuhanmu di atas mereka.” (Q.S. Al-Haqqah:17)
Memberi salam kepada para ahli surga, sebagaimana firman-Nya, “Dan para malaikat masuk menemui mereka (ahli surga) dari segala pintu. Mereka mengucapkan, ‘Salam (damai) atas tuan-tuan sekalian, karena tuan-tuan telah berteguh hati.’” (Q.S. Ar-Ra'd:23-24)

Menyiksa para ahli neraka, sebagaimana firman-Nya, “Hai sekalian

orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu sendiri dan para keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Di situ dijaga oleh para malaikat yang kasar-kasar tindakannya lagi bengis, tidak bermaksiat (menyalahi) kepada Allah perihal perintah-perintah-Nya dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6)

Juga firman-Nya, “Adakah yang memberitahukan padamu, apakah Saqar itu? Neraka Saqar tiada meninggalkan dan tiada membiarkan. Membakar dan mengganti kulit manusia. Yang menjaganya ada sembilan belas malaikat. Tidaklah Kami jadikan untuk menjaga neraka melainkan malaikat.” (Q.S. Al-Muddatstsir:27-31)

MALAIKAT PEMBAWA WAHYU

Adapun malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu ialah Jibril a.s. sebagaimana Allah Taala berfirman dalam Alquran, “Katakanlah! Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka sesungguhnya Jibril menurunkan wahyu ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan wahyu yang terdahulu daripadanya untuk menjadi petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Baqarah:97)

Jibril a.s. juga diberi nama Ruhul Amin (yang terpercaya) sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya wahyu, diturunkan dari Tuhan seru sekalian alam, yang membawanya turun ialah Ruhul Amin, pada kalbunya, supaya engkau dapat memberi peringatan (kepada manusia)” (Q.S. Asy-Syu'ara, 192-194)

Juga diberi nama Ruh Kudus (yang suci), sebagaimana firman-Nya, “Katakanlah! Wahyu diturunkan oleh Ruh Kudus dari Tuhanmu dengan benar.” (Q.S. An-Nahl:102)

Ada pula nama lain untuk Jibril a.s. yaitu Namus sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Waraqah bin Naufal kepada Rasulullah saw. pada pertama kalinya menerima wahyu, yaitu, “Tuan telah didatangi oleh Namus yang pernah diturunkan oleh Allah kepada Musa.” Perihal kedatangan Jibril a.s. sendiri adakalanya dengan menjelma dalam bentuk manusia, tetapi kadang-kadang juga sebagai bunyi nyaring dari sebuah lonceng (bel).

Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Harits bin Hisyam r.a. bertanya kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Ya Rasulullah! Bagaimana cara wahyu datang kepada Tuan.” Kemudian beliau bersabda, “Kadang-kadang ia datang padaku bagaikan suara nyaring lonceng dan itulah yang terberat bagiku. Kemudian suara itu lenyap dari pendengaranku dan aku telah mengingat apa yang dikatakannya (sudah hafal isinya). Tetapi kadang-kadang malamenjelma sebagai seorang lelaki, kemudian ia berkata kepadaku lalu aku pun ingat (hafal) apa yang dia katakan.” Aisyah r.a. berkata, “Sungguh saya pernah melihat Rasulullah saw. ketika diturunkan wahyu kepadanya yakni pada suatu hari yang sangat dingin, lalu setelah selesai, keningnya bercucuran keringat.”

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Abduddunya dan Hakim dari Ibnu Masud, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Ruh Kudus membisikkan dalam kalbuku bahwa seseorang tidak akan mati sehingga ia memperoleh cukup rezeki yang ditentukan untuknya. Maka dari itu takutlah kamu semua kepada Allah dan berbuat baiklah dalam mencari rezeki (jangan tamak atau melalui jalan yang tidak halal).”


TUGAS MALAIKAT DI DUNIA YANG BERHUBUNGAN DENGAN MANUSIA

Malaikat juga mempunyai pekerjaan dalam mengatur alam semesta ini, seperti mengirimkan angin dan udara, menggiring awan dan mega, menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman dan lain-lain yang termasuk dalam golongan pekerjaan yang tidak dapat disaksikan oleh mata dan tidak mungkin pula dapat dicapai oleh pancaindra lainnya. Mereka senantiasa menyertai manusia sepanjang hidup dan bahkan setelah meninggalnya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw., “Sesungguhnya ada makhluk yang menyertai kamu semua dan tidak memisahkan diri daripadamu melainkan di waktu kamu semua berada di tempat sunyi (buang air besar atau kecil), juga ketika bersetubuh, dari itu hendaklah kalian malu kepada mereka dan muliakanlah mereka.” Makhluk yang dimaksud ialah para malaikat.

Menguatkan rohani yang ada dalam diri manusia dengan mengilhamkan kebaikan dan kebenaran.

Diriwayatkan dari Ibnu Masud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Setan dapat menggetarkan hati (mengajak hati) anak Adam (manusia) dan malaikat pun dapat menggerakkan hati (mengajak hati) pula. Adapun ajakan setan ialah untuk mengulangi kejahatan dan mendustakan kebenaran, sedangkan ajakan malaikat ialah mengulangi kebaikan dan mempercayai kebenaran. Siapa yang menemukan (merasa mendapatkan) sesuatu dari ajakan malaikat, hendaklah ia mengerti bahwa yang demikian adalah dari karunia Allah, maka hendaklah memuji Allah swt. Sebaliknya siapa yang menemukan yang lainnya (yakni ajakan dari setan), hendaklah memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan.” Selanjutnya beliau membaca ayat yang artinya, “Setan menjanjikan kemiskinan kepadamu dan menyuruh mengerjakan perbuatan keji sedang Allah menjanjikan pengampunan dan karunia daripada-Nya kepadamu dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah:268)

DOA MALAIKAT UNTUK ORANG MUKMIN


Allah swt. karena sangat pengampun dan juga karena sangat cinta kepada hamba-hamba-Nya mengilhamkan kepada para malaikat supaya mereka merendahkan diri kepada-Nya guna memanjatkan doa serta memohon dengan rahmat-Nya yang meluas pada seluruh apa-apa yang maujud, juga dengan pengetahuan-Nya yang merata atas segala sesuatu yang ada ini agar supaya Allah mengaruniakan pengampunan kepada orang-orang yang suka bertobat dan supaya dimasukkan dalam golongan hamba-hamba-Nya yang saleh. Dalam hal ini Allah Taala berfirman, “Para malaikat yang memikul arasy dan yang ada di sekitarnya memahasucikan dengan memuji Tuhan-Nya dan mereka beriman dengan-Nya serta memohonkan pengampunan untuk orang-orang yang beriman. Mereka berkata, ‘Wahai Tuhan! Maha luas rahmat dan pengetahuan-Mu, ampunilah orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan-Mu. Peliharalah mereka dari siksa neraka jahanam. Ya Tuhan kami! Masukkanlah orang-orang yang sedemikian tadi dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan juga kepada orang-orang yang baik dari nenek moyang mereka, istri-istri serta keturunan mereka. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mulia lagi Bijaksana. Peliharalah mereka dari perbuatan-perbuatan yang buruk. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari perbuatan-perbuatan yang buruk pada hari itu, maka sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan rahmat padanya, dan yang demikian adalah suatu keuntungan yang amat besar.” (Q.S. Al-Ghafir:7-9)

Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Pada setiap pagi para hamba Tuhan pasti disertai dua malaikat yang berdoa. Yang satu berkata, ‘Ya Allah! Berikanlah kerusakan terhadap orang yang enggan membelanjakan hartanya (untuk sedekah).’ Sedang yang lainnya berkata, ‘Ya Allah! Berikanlah ganti terhadap orang yang membelanjakan hartanya (untuk kebaikan).”

MALAIKAT MENGAMINKAN BERSAMA ORANG YANG SALAT

Malaikat pun mengaminkan bersama orang-orang yang salat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika imam mengucapkan, ‘Ghairil maghdluubi 'alaihim waladh dhaalliin,’ maka ucapkanlah, ‘Amin.’ Karena sesungguhnya malaikat pun mengucapkan, ‘Amin.’ Sesungguhnya imam pun mengucapkan, ‘Amin.’ Maka barangsiapa yang membaca amin bersamaan dengan bacaan amin malaikat, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Nasai. Maksudnya supaya bacaan amin makmum dibuat bersamaan benar dengan amin imam. Karena itu imam akan lebih baik mengeraskan suara amin.

KEHADIRAN MALAIKAT KETIKA SALAT SUBUH DAN ASAR

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Keutamaan salat jemaah (bersama-sama) melebihi salat sendirian dengan selisih dua puluh lima derajat. Malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada waktu salat fajar (subuh).” Abu Hurairah lalu mengatakan, “Bacalah sekehendakmu ayat yang artinya, ‘Dan (dirikanlah salat) subuh, sesungguhnya salat subuh disaksikan (oleh malaikat).’” (Q.S. Al-Isra:78)

Selanjutnya dalam sebuah hadis diceritakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Berganti-gantian dalam mengawasi kamu semua itu antara malaikat yang bertugas malam dengan malaikat yang bertugas siang. Tetapi mereka semua berkumpul (bertemu) di waktu salat subuh dan salat asar, kemudian naiklah malaikat yang semalaman menyertaimu itu, lalu Tuhan bertanya kepada mereka padahal Dia lebih mengetahui tentang keadaan hamba-hamba-Nya itu, “Bagaimanakah ketika kamu semua tinggalkan hamba-hamba-Ku itu?” Mereka menjawab, “Kita meninggalkan mereka di waktu sedang bersembahyang dan kita datangi mereka di waktu sedang bersembahyang pula.”


MALAIKAT TURUN DI WAKTU ADA BACAAN ALQURAN

Malaikat turun ketika ada bacaan Alquran untuk ikut mendengarnya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (dengan lafal Muslim) demikian, “Diceritakan dari Abu Said Khudri r.a. bahwa Usaid bin Hudair pada suatu malam sedang membaca Alquran di suatu tempat dekat kandang kudanya, tiba-tiba kudanya melompat. Ia diam lalu membaca lagi dan kuda itu melompat pula. Sekali lagi ia diam, lalu membaca lagi dan sekali lagi kuda itu melompat. Usaid yang membaca Alquran itu berkata, “Oleh karena kuda itu melompat-lompat, maka saya takut kalau-kalau nanti menginjak kawanku yang bernama Yahya. Kemudian saya berdiri dan mendekati tempat kuda itu. Tiba-tiba ada suatu benda bagaikan naungan (awan) yang ada di atas kepalaku, di dalamnya tampak bagaikan beberapa pelita bercahaya yang terus naik ke atas hingga saya tidak dapat melihatnya lagi. Paginya saya mendatangi tempat Rasulullah saw. dan berkata, “Ya Rasulullah! Semalam saya membaca Alquran di suatu tempat dekat kandang kudaku, tiba-tiba kudaku melompat. Rasulullah saw. bersabda, “Baca terus, hai anak Hudair.” Usaid berkata, “Saya terus membaca, tetapi kudaku melompat lagi.” Rasulullah saw. bersabda, “Baca terus, hai anak Hudair.” Usaid berkata, “Saya terus membaca lagi, tetapi kudaku melompat pula.” Rasulullah saw. bersabda, “Baca terus, hai anak Hudair.” Usaid berkata, “Tidak, lalu saya bangkit, sebab Yahya tidur di dekat kuda itu dan saya takut kudaku itu menginjaknya. Selanjutnya saya melihat seolah-olah seperti naungan (awan) yang di dalamnya ada beberapa pelita bercahaya, naik ke atas hingga saya tidak dapat melihatnya lagi.” Rasulullah saw. lalu bersabda, “Itu adalah malaikat yang mendengarkan bacaanmu. Andaikata engkau membacanya terus sampai pagi, niscaya orang-orang dapat melihat sesuatu yang hingga kini masih terselubung bagi mereka itu.”


KEHADIRAN MALAIKAT DALAM MAJELIS ZIKIR

Malaselalu mencari majelis zikir untuk mengingat kepada Allah Taala, berupa pengajian agama dan sebagainya. Kepentingannya ialah untuk memberikan dorongan semangat kepada para hadirin dengan kekuatan rohaniah.

Disebutkan dalam sebuah hadis, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat yang menyebar di jalan untuk mencari kumpulan orang-orang yang berzikir. Jika mereka telah menemukan sekelompok kaum yang berzikir kepada Allah, lalu mereka berseru, ‘Mari! Di sini dapat terpenuhi hajatmu semua.’ Mereka mengibas-ngibaskan sayap-sayap mereka sehingga datang di langit dunia.” Rasulullah saw. meneruskan sabdanya, “Tuhan lalu bertanya padahal Dia lebih mengetahui perihal hamba-hamba-Nya, “Apakah yang diucapkan oleh hamba-hamba-Ku itu?” Malaikat menjawab, “Mereka memahasucikan, memahabesarkan, memuji serta memahaagungkan-Mu.” Tuhan berfirman, “Apakah mereka telah pernah melihat Aku?” Malaikat menjawab, “Tidak, demi Allah mereka belum pernah melihat-Mu.” Allah berfirman, “Bagaimana sekiranya mereka dapat melihat Aku?” Malaikat menjawab, “Andaikata mereka dapat melihat-Mu, tentu ibadah mereka akan lebih sangat, lebih mengagungkan dan lebih banyak memahasucikannya-Mu.” Allah berfirman, “Apakah yang mereka minta pada-Ku?” Malaikat menjawab, “Mereka meminta surga pada-Mu.” Allah berfirman, “Apakah mereka sudah pernah melihat surga?” Malaikat menjawab, “Tidak, demi Allah mereka belum pernah melihatnya.” Allah berfirman, “Bagaimanakah sekiranya mereka sudah melihatnya?” Malaikat menjawab, “Andaikata mereka telah melihatnya, tentulah mereka akan lebih tertarik untuk memperolehnya dan lebih sungguh-sungguh mencarinya; juga lebih berkeinginan untuk mencapainya.” Allah berfirman, “Dari apakah mereka meminta perlindungan?” Malaikat menjawab, “Mereka memohonkan perlindungan dari neraka.” Allah berfirman, “Apakah mereka telah melihat neraka?” Malaikat menjawab, “Tidak, demi Allah mereka tidak pernah melihatnya.” Allah berfirman, “Bagaimana sekiranya mereka telah melihatnya?” Malaikat menjawab, “Andaikata mereka telah melihatnya, tentu mereka akan lebih lari untuk menjauhinya dan sangat pula ketakutannya dari neraka.” Allah berfirman, “Aku persaksikan padamu semua bahwa Aku telah mengampuni hamba-hamba-Ku itu.” Seorang di antara para malaikat ada yang berkata, “Di antara mereka ada seorang yang sebenarnya bukan termasuk golongan ahli zikir. Ia datang di situ hanya karena ada sesuatu keperluan.” Allah berfirman, “Mereka adalah suatu kelompok kaum yang siapa saja mengawani mereka tentu tidak akan menjadi celaka.”

Hadis di atas diriwayatkan oleh Bukhari dengan lafalnya. Juga diriwayatkan oleh Muslim dengan lafal yang berbeda sedikit, yaitu demikian, “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Luhur mempunyai malaikat yang berkeliling dan utama sifatnya. Mereka mencari majelis-majelis zikir (pengajian atau hal-hal keagamaan). Apabila mereka menemukan suatu majelis yang di dalamnya berisi zikir, lalu mereka pun duduklah beserta hadirin yang ada di situ. Mereka berbaris antara yang sebagian dengan lainnya merapikan letak sayapnya sehingga memenuhi tempat-tempat yang ada di antara mereka dengan langit” Rasulullah saw. melanjutkan sabdanya, “Allah Azza wa Jalla lalu bertanya dan Dia adalah lebih mengetahui tentang keadaan hamba-hamba-Nya, “Dari mana kamu semua datang?” Para malaikat menjawab, “Kita semua datang dari tempat hamba-hamba-Mu di bumi. Mereka memahasucikan, memahabesarkan, mengesakan, memuji serta memohon kepada-Mu.” Allah berfirman, “Apakah yang mereka mintakan pada-Ku?” Malaikat menjawab, “Mereka memohonkan surga-Mu.” Allah berfirman, “Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku?” Malaikat menjawab, “Belum ya Tuhan.” Allah berfirman, “Bagaimana sekiranya mereka tahu surga-Ku!” (Maksudnya tentu akan lebih hebat lagi ibadahnya) Malaikat mengatakan, “Mereka memohonkan perlindungan pada-Mu” Allah berfirman, “Dari apakah mereka memohonkan perlindungan?” Malaikat menjawab, “Dari neraka-Mu ya Tuhan.” Allah berfirman, “Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku?” Malaikat menjawab, “Belum ya Tuhan.” Allah berfirman, “Bagaimana kalau mereka melihat neraka-Ku!” Malaikat mengatakan, “Mereka juga memohonkan pengampunan pada-Mu.” Allah berfirman, “Aku telah memberikan pengampunan kepada mereka dan Kuberikan pula apa yang mereka minta serta Kuperlindungkan pula mereka dari apa yang mereka mohonkan perlindungannya.” Malaikat mengatakan, “Di kalangan mereka ada seorang hamba yang banyak kesalahannya, ya Tuhan. Ia hanya berjalan melalui tempat majelis zikir itu lalu ikut duduk dengan orang-orang tersebut.” Allah berfirman, “Orang itu pun Kuampuni. Kelompok itu adalah kaum yang siapa saja menemani mereka tentu tidak akan menjadi orang yang celaka.”

Malaikat memohon rahmat untuk kaum mukminin terutama orang-orang yang berilmu.

Allah Taala berfirman, “Dia (Allah) serta para malaikatnya yang memberikan rahmat padamu sekalian supaya mengeluarkan kamu sekalian dari kegelapan kepada cahaya. Tuhan adalah Maha Penyayang kepada kaum yang beriman” (Q.S. Al-Ahzab:43)

Diriwayatkan dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi niscaya memberikan rahmat-Nya kepada orang yang mengajarkan kebaikan.” (Ini adalah hadis hasan dan diriwayatkan oleh Tirmizi)


MALAIKAT MENYENANGI ORANG YANG MENUNTUT ILMU

Dari Abu Darda r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya untuk penuntut ilmu pengetahuan sebab rida dengan apa yang dilakukan oleh penuntut ilmu pengetahuan itu.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmizi)


MEMBAWA BERITA GEMBIRA

Adakalanya malaikat juga membawakan berita gembira kepada orang tertentu, seperti disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi saw., sabdanya, “Ada seorang lelaki berziarah kepada saudaranya yang berdiam di sebuah desa. Kemudian Allah menurunkan malaikat untuk menghadangnya di jalan. Setelah orang ia datang di tempat malaikat itu, malaikat itu pun bertanya, ‘Hendak ke mana engkau pergi?’ Orang tadi menjawab, ‘Saya hendak pergi ke tempat saudaraku yang berdiam di desa ini.’ Malaikat bertanya lagi, ‘Apakah ada suatu nikmat dari saudaramu yang diberikan padamu yang kau anggap baik’ (maksudnya, Apakah engkau hendak membalas jasa yang sudah diberikan olehnya, sehingga engkau harus pergi ke tempatnya itu?) Orang itu menjawab, ‘Tidak, hanya saya mencintainya karena mengharapkan keridaan Allah swt.’ Malaikat itu lalu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk menemuimu guna menyampaikan bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu.’”

Pemberitahuan malaikat terhadap orang yang dicintai atau dibenci oleh Allah Taala.

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Taala apabila mencintai seseorang hamba-Nya, lalu Dia panggil Jibril, kemudian berfirman, ‘Sebenarnya Aku ini mencintai si Anu itu, maka cintailah ia.’ Orang itu pun dicintai oleh Jibril, selanjutnya Jibril berseru di langit dan berkata, ‘Allah mencintai si Anu, maka cintailah orang itu.’ Ia pun lalu dicintai oleh seluruh penghuni langit. Kemudian diletakkanlah rasa penerimaan dalam hati penduduk bumi. Sebaliknya apabila Allah Taala membenci seseorang hamba-Nya, Dia panggil Jibril, kemudian berfirman, ‘Sebenarnya Aku ini membenci si Anu, maka bencilah ia.’ Orang itu pun dibencihi oleh Jibril. Selanjutnya Jibril berseru di langit dan berkata, ‘Allah membenci si Anu, maka bencihilah orang itu.’ Ia pun lalu dibenci oleh seluruh penghuni langit. Kemudian diletakkan rasa kebencian itu dalam hati penduduk bumi.” Diriwayatkan oleh Imam Muslim.


MENCATAT AMAL PERBUATAN

Di antara malaikat-malaikat ada yang bertugas mencatat amal perbuatan seluruh manusia. Mereka perhitungkan dalam catatannya secara teliti sekali, kebaikan-kebaikan atau kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh orang tersebut. Dalam hal ini Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat padanya dari urat lehernya sendiri. Ingatlah ketika disambut oleh dua malaikat penyambut. yang seorang duduk di kanan dan yang seorang lagi duduk di sebelah kiri. Tidak sebuah kata pun yang diucapkan oleh manusia itu, melainkan di dekatnya ada pengawas, yakni malaikat Raqib (pencatat kebaikan) serta Atid (pencatat kejahatan).” (Q.S. Qaf:16-18)

Allah Taala berfirman pula, “Sesungguhnya untukmu semua ada beberapa penjaga. Malaikat yang mulia sebagai pencatat. Mereka mengetahui apa saja yang kamu semua lakukan.” (Q.S. Al-Infithar:10-12)

Hasan r.a. dalam mengulas firman Allah Taala yang berbunyi, “`Anil yamiini wa 'anisy syimaali qa'iid” (Q.S. Qaf:17) (Artinya: Yang seorang duduk di sebelah kanan dan yang seorang duduk di sebelah kiri.) Ia berkata, “Hai manusia, ingatlah! Sudah jelas bahwa di sisimu ada halaman sebagai catatan yang akan selalu dituliskan di situ. Untukmu ditugaskanlah dua malaikat yang mulia, seorang ada di sebelah kananmu dan seorang lagi ada di sebelah kirimu. Yang di kananmu tugasnya ialah mencatat amal-amal perbuatanmu yang baik, sedang yang dikirimu mencatat amal perbuatanmu yang buruk. Oleh sebab itu beramallah, pilih saja sekehendak hatimu, juga sesukamulah untuk beramal banyak atau sedikit tetapi insaflah benar-benar akibatnya. Jika engkau sudah meninggal dunia, maka halaman catatanmu akan ditutup dan akan disertakan denganmu dalam kubur, dikalungkan di lehermu. Nanti apabila saat hari kiamat telah tiba dan engkau dibangkitkan kembali dari kuburmu, maka di kala itulah Allah Taala akan berfirman, ‘Kepada setiap manusia Kami ikatkan amal-amal perbuatannya di kuduk lehernya dan Kami keluarkan padanya pada hari kiamat merupakan suatu catatan yang didapatinya terkembang di mukanya.’” (Q.S. Al-Isra:13)

Hasan r.a. meneruskan uraiannya, “Benar-benar adil, demi Allah karena Allah Taala telah memberikan pencatat amal perbuatan untuk dirimu.” Allah Taala berfirman pula dalam ayat lain, “Adakah mereka (manusia) telah membuat rencana pekerjaan, maka Kami (Allah) pun membuat rencana pula. Ataukah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengarkan rahasia dan bisik-bisikan mereka? Sebenarnya beberapa utusan (malaikat) Kami berada di dekat mereka sambil mencatat amal-amal perbuatan mereka itu.” (Q.S. Az-Zukhruf:79-80)

Para malaikat yang ditugaskan khusus untuk mencatat amal perbuatan ini memang menyediakan untuk masing-masing orang sebuah buku catatan agar nantinya mudah diperlihatkan pada hari kiamat di waktu perhitungan amal (hisaCool diadakan. Allah Taala berfirman, “Kepada setiap manusia Kami ikutkan amal-amal perbuatannya di kuduk lehernya dan Kami keluarkan padanya pada hari kiamat, merupakan suatu catatan yang didapatinya terkembang di mukanya. Bacalah kitab catatanmu. Cukuplah pada hari ini engkau membuat perhitungan atas dirimu sendiri.” (Q.S. Al-Isra:13-14)

Selanjutnya pada waktu penunjukan amal itu, manusia-manusia itu sendiri akan menyaksikan apa-apa yang telah dilakukannya, baik yang berupa kebaikan atau kejahatan. Allah Taala berfirman, “Dan ditiuplah sangkakala, itulah hari yang dijanjikan. Setiap orang datang ke muka, masing-masing dengan penghalau dan saksinya (malaikat-malaikat). Kepadanya dikatakan, ‘Engkau lengah tentang ini, tetapi sekarang Kami bukakan tabir yang menutupi engkau, sebab itu pandanganmu pada hari ini amat tajam sekali.’” (Q.S. Qaf:2O-22)

MEMANTAPKAN HATI KAUM MUKMININ
Sebagian malaikat ada yang bertugas meneguhkan kaum mukminin agar mantap apa yang ditanam dalam hati sanubari mereka sebagaimana firman Allah Taala, “Ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku (Allah) bersama kamu semua, maka perkokohlah pendirian orang-orang yang beriman.’” (Q.S. Al-Anfal:12)

Allah Taala berfirman pula, “Tidaklah akan engkau dapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang dengan orang yang melawan Allah dan Rasul-Nya, biar pun orang itu ayah, anak, saudara atau pun keluarga mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang dituliskan oleh Allah keimanan dalam hati mereka dan Allah mengokohkan mereka dengan Ruh daripadanya.” (Q.S. Al-Mujadilah:22)


Ruh yang dimaksudkan dalam ayat di atas ialah Ruhul Kudus yakni Jibril a.s.


MALAIKAT PENCABUT NYAWA

Allah Taala berfirman, “Kemudian apabila seseorang dari kamu semua itu telah didatangi oleh kematian, maka ia pun diwafatkan oleh utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat). Mereka tidaklah melalaikan kewajibannya.” “(Q.S. Al-An'am:61)

Juga firman-Nya, “Katakanlah! Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu.” (Q.S. As-Sajdah:11)

Di samping itu para malaikat juga memberikan penghormatan yang baik sekali kepada orang-orang yang baik amal perbuatannya di waktu hendak mencabut nyawa mereka ini. Allah Taala berfirman, “Orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik, malaikat itu mengucapkan, ‘Salam (damai) untukmu semua.’.” (Q.S. An-Nahl:32)

Mereka memberi kegembiraan dengan mengingatkan akan surga, sebagaimana firman Allah Taala, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kita adalah Allah’, kemudian mereka berpendirian teguh, maka para malaikat akan turun kepada mereka dan berkata, ‘Jangan kamu takut, jangan pula berdukacita, bergembiralah untuk memperoleh surga yang telah dijanjikan kepadamu semua.’ Kamilah pelindung kamu semua dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Di sana kamu semua akan memperoleh apa saja yang menjadi keinginan hatimu dan di sana kamu semua juga akan memperoleh apa saja yang kamu semua minta. Yaitu hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.” (Q.S. Fushshilat:30-32)

Jadi jelas dari ayat di atas bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang sebenar-benarnya yang diikuti dengan hati teguh menempuh jalan yang telah digariskan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya, maka para malaikat akan turun menemui mereka jika sudah saatnya mereka akan meninggal dunia. Di kala itu malaikat akan berkata, “Janganlah engkau takut apa yang akan engkau hadapi nanti, baik kesukaran-kesukaran dan kesengsaraan-kesengsaraan yang ada dalam kubur, siksa akhirat dan lain-lain. Juga janganlah berdukacita mengenangkan apa-apa yang engkau tinggalkan di belakang seperti harta benda dan anak-anak. Engkau boleh bergembira sebab akan memperoleh surga yang telah dijanjikan oleh Allah Taala. Sebaliknya terhadap orang-orang yang berlaku fasik, para malaikat bersikap mencemoohkan, malah juga memukuli muka dan belakang mereka.” Dalam hal ini Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan oleh para malaikat dan mereka dalam keadaan menganiaya diri mereka sendiri (berbuat kefasikan, kemaksiatan dan lain-lain) para malaikat berkata, ‘Bagaimanakah keadaanmu (maksudnya: Mengapa seburuk itu amalanmu).’” (Q.S. An-Nisa:97)

Allah Taala berfirman pula, “Dan jika engkau lihat, ketika malaikat mengambil nyawa orang-orang kafir, maka malaikat memukul muka dan punggung mereka.” (Q.S. Al-Anfal:50)

BERIMAN KEPADA MALAIKAT

Oleh sebab keadaan malaikat sebagaimana yang sudah diuraikan di muka bahwa mereka berada di dalam alam ruh dan demikian pula tugas-tugas mereka yang dikerjakan secara otomatis sekali dalam alam semesta atau alam dunia ini, juga oleh sebab begitu itulah hubungan antara mereka dengan manusia di alam ini serta di alam yang akan datang nanti, maka sudah pantas kita beriman bahwa mereka benar-benar ada. Selain itu harus pula kita berupaya menghubungkan diri dengan mereka dengan jalan menyucikan jiwa membersihkan hati serta beribadah kepada Allah dengan ibadah yang sekhusyuk-khusyuknya. Dalam menghubungkan diri dengan malaikat akan diperoleh ketinggian jiwa sebagai suatu realisasi dari hikmah yang tertinggi yang untuk itulah manusia diciptakan. Ketinggian jiwa dapat berwujud melaksanakan amanat kehidupan dan mengemban kekhalifahan dari Allah Taala di atas permukaan bumi ini. Oleh sebab itu beriman kepada malaikat adalah termasuk kelakuan baik dan merupakan tanda-tanda kebenaran, kepercayaan serta ketakwaan.

Allah Taala berfirman, “Tetapi yang disebut kebaktian orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta malaikat.” (Q.S. Al-Baqarah:177)

Sebenarnya keimanan belum dapat dianggap sebagai keimanan yang hakiki, kecuali apabila seseorang sudah beriman dengan alam rohani yakni alam malaikat dengan keyakinan yang sedikit pun tidak dicampuri oleh kdan tidak pula dimasuki angan-angan dan persangkaan yang bukan-bukan. Demikianlah jalan yang ditempuh oleh para nabi dan kaum mukminin yang segala macam hakikat dan kenyataan dapat tampak jelas di hadapan mereka. Oleh karenanya, maka mereka dapat mencapai apa yang sewajarnya dapat dicapai dalam alam semesta ini, tetapi yang tidak dapat dicapai oleh orang-orang yang lalai dan lupa dari ajaran yang sebenarnya.

Allah Taala berfirman, “Rasul beriman dengan wahyu yang diturunkan padanya dari Tuhannya, demikian pula kaum mukminin. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah:285)

Sesungguhnya alam yang gaib sebagaimana alam malaikat tidak dapat dicapai oleh rasa atau akal, bahkan setan sendiri pun tidak dapat sampai ke alam itu. Allah Taala berfirman, “Mereka (setan-setan) tidak dapat mendengarkan kepada alam yang tertinggi (alam malaikat) dan mereka pun dilempari dari segenap penjuru.” (Q.S. Ash-Shaffat:8)

Jadi jalan satu-satunya untuk mengetahui alam malaikat hanyalah dengan mempercayai wahyu yang telah diturunkan kepada Rasulullah saw., sebab hal itu memang termasuk dalam salah satu kegaiban dari sekian banyak kegaiban yang masih dirahasiakan oleh Allah swt. Allah Taala berfirman, “Katakanlah (olehmu Muhammad)!, ‘Aku hanyalah seorang pemberi peringatan. Tiada Tuhan selain dari Allah Yang Maha Esa lagi Perkasa. Yang Maha Menguasai langit dan bumi dan apa saja yang ada di antara keduanya itu, Yang Maha Mulia lagi Pengampun.” Katakanlah! “Yang kukatakan adalah suatu berita yang agung (amat penting) tetapi kamu semua tidak memperdulikannya. Aku tidak mempunyai pengetahuan tentang kelompok makhluk yang tertinggi itu, ketika mereka bertukar pikiran sesamanya. Yang diwahyukan kepadaku tidak lain kecuali aku ini hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.” (Q.S. Shad:65-70)

Hal yang lebih penting dan lebih utama lagi untuk diperhatikan ialah supaya kita semua beriman kepada adanya para malaikat, kita jaga baik-baik hak persahabatan dengan mereka serta kita kokohkan hubungan kita dengan mereka sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw. “Sesungguhnya ada makhluk (malaikat) yang menyertai kamu semua dan tidak memisahkan diri denganmu melainkan di waktu kamu semua berada di tempat sunyi (buang air besar atau kecil), juga ketika bersetubuh. Maka dari itu bersikap malulah kepada mereka dan muliakanlah mereka.

Rabu, 11 Ogos 2010

HADITH PALSU KELEBIHAN TARAWIH

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang. Puji-pujian bagi Allah Subhanahu Wata'ala, Selawat dan Salam keatas junjungan kita Nabi Muhammad Sallaahu 'Alaihi Wasallam serta para sahabatnya.


SEJAK beberapa tahun kebelakangan ini satu hadis tentang kelebihan Tarawih pada malam-malam Ramadan telah tersebar dengan meluas sekali. Media elektronik, cetak serta media massa lain turut memainkan peranan menyebarkannya melalui akhbar, dairi Islam, TV, radio, risalah dan lain-lain dengan harapan semoga mereka mendapat saham dalam usaha menggalakkan umat Islam supaya rajin beramal ibadat, terutamanya dalam bulan yang diberkati itu. Hadis yang dimaksudkan itu ialah satu hadis yang agak panjang kononnya diriwayatkan oleh Sayyidina Ali r.a. yang sebahagian darinya adalah seperti berikut.

Diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bahawa Rasulullah s.a.w. telah bersabda berkenaan dengan fadilat sembahyang Tarawih pada bulan Ramadan antaranya:

Malam Pertama: Keluar dosa-dosa orang mukmin pada malam pertama seperti mana dia baru dilahirkan (mendapat keampunan dari Allah Taala).

Malam Keempat: Mendapat pahala sebagaimana pahala orang-orang yang membaca kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran.

Malam Keenam: Allah kurniakan pahala kepadanya pahala malaikat-malaikat yang tawaf di Baitul-Ma`mur (sebanyak 70 ribu malaikat sekali tawaf), serta setiap batu-batu dan tanah akan mendoakan supaya Allah mengampuni dosa-dosa orang yang mengerjakan sembahyang tarawih pada malam ini.

Malam Ketujuh: Seolah-olah dia dapat bertemu serta menolong Nabi Musa A.S. menentang musuh ketatnya Firaun dan Haman.

Malam Kelapan: Allah mengurniakan pahala orang sembahyang tarawih sepertimana yang telah dikurniakan kepada Nabi Ibrahim A.S.

Malam kesembilan: Allah kurniakan pahala dan dinaikkan mutu ibadat hambanya seperti Nabi Muhammad S.A.W.

Dan kelebihan-kelebihan seterusnya sehingga sampai kemalam yang ke-tiga puluh


Namun begitu setelah diajukan pertanyaan kepada beberapa tokoh agama tanah air mengenai kedudukan hadis ini, dari manakah ianya diambil, semuanya tidak dapat memberikan penjelasan. Dan setelah diteliti dalam kitab induk hadis seperti Sunah Sittah dan lain-lain kitab hadis lagi, ianya tidak ditemui. Begitu juga dalam kitab-kitab hadis palsu (maudhu`aat) sendiri pun tidak didapati hadis ini. Ini menunjukkan bahawa hadis ini merupakan satu hadis yang baru diada-adakan sehingga ulama-ulama hadis dahulu yang menulis tentang hadis maudhu` pun tidak mengetahui akan wujudnya hadis ini. Kita tidak menafikan kelebihan sembahyang Tarawih dan kedudukannya dalam sunnah. Namun begitu kita tidak mahu umat Islam tertipu dengan berbagai-bagai janji palsu yang menyebabkan umat Islam mengerjakan amalan kebaikan dengan mengharapkan sesuatu yang sebenarnya tidak akan diperolehinya. Dengan tersebarnya hadis-hadis palsu seumpama ini juga akan mencemarkan kesucian hadis Rasulullah s.a.w. yang dipelihara dengan dengan begitu baik oleh ulama kita dahulu.

Rasulullah S.A.W. telah pun memberikan amaran terhadap orang-orang yang mengadakan pendustaan atas namanya dengan ancaman yang berat sebagaimana sabdanya: Barang siapa sengaja mengadakan dusta atas namaku maka hendaklah dia menyediakan tempatnya dalam neraka. (Bukhori, Muslim)

Hadis ini diriwayatkan dengan banyak sekali sehingga sampai keperingkat Mutawatir. Ancaman ini merangkumi segala jenis pendustaan keatas Nabi S.A.W. sama ada dengan maksud memberi galakan supaya rajin beramal ibadat ataupun ancaman supaya menjauhi segala larangan Allah (targhib dan tarhib).

Mulla Ali Qari dalam Al-Asrarul-Marfu'ah selepas membawakan lebih dari seratus riwayat hadis mengenai pendustaan atas nama Nabi Muhammad s.a.w. menukilkan kata-kata Imam Nawawi dalam syarah Muslim. Kata Imam Nawawi: Haram meriwayatkan sesuatu hadis palsu (maudhu`) bagi orang yang mengetahui bahawa hadis itu maudhu` atau dia hanya menyangka hadis ini maudhu`. Siapa yang menceritakan hadis yang dia tahu atau dia sangka bahawa ianya maudhu` serta dia tidak menerangkan keadaannya maka dia termasuk dalam ancaman ini. Katanya lagi, tidak ada perbezaan dalam pengharaman pendustaan atas Nabi Muhammad s.a.w. di antara hadis tentang hukum-hukum dan hadis yang bukan berkenaan dengan hukum seperti hadis yang mengandungi dorongan serta galakan beramal ibadat, hadis-hadis nasihat dan lain-lain. Semuanya haram termasuk dalam sebesar-besar dosa dan sejelek-jelek perkara dengan ijmak ulamak Islam? seterusnya dia berkata: Ulama sudahpun sepakat mengenai haram berdusta atas nama orang-orang biasa. Bagaimana pula dengan orang yang kata-katanya adalah syariat, kalamnya adalah wahyu dan berdusta atasnya adalah pendustaan atas Allah juga. Firman Allah bermaksud: Tidaklah dia mengucapkan mengikut kemahuan hawa nafsunya. Apa yang diucapkan tidak lain melainkan wahyu yang diwahyukan. (An-Najm: 3-4).

Di dalam hadis tersebut nampaknya ada galakan supaya umat Islam rajin untuk melakukan amalan Tarawih dalam bulan Ramadan seperti kita sering dapati hadis ancaman terhadap orang yang meninggalkan sembahyang yang sebenarnya hadis itu pun direka atas nama nabi Muhammad s.a.w. seperti contoh satu hadis yang sebahagian darinya berbunyi: Jika seseorang itu meninggalkan sembahyang Zuhur dosanya adalah seperti dia berzina dengan ibunya sendiri. Jika dia meninggalkan sembahyang Asar dosanya adalah seperti meruntuhkan Kaabah.

Adakah tidak cukup dengan janji ganjaran dari Allah bagi orang yang menghidupkan malam Ramadan yang terdapat dalam kitab hadis shahih contohnya hadis yang bermaksud: Sesiapa yang menghidupkan malam Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ganjaran dari Allah diampunkan dosa-dosanya yang lalu. (Al-Bukhari)

Dan adakah tidak cukup dengan ancaman terhadap orang yang meninggalkan sembahyang yang terdapat dalam al-Quran antaranya firman Allah yang bermaksud: Apakah yang menyebabkan kamu dimasukkan ke dalam neraka saqar? Mereka menjawab: Kami dahulu termasuk orang yang tidak mengerjakan sembahyang. (Al-Muddatsir)

Sebenarnya bagi mereka yang suka menghidupkan malam Ramadan tidak mesti dengan adanya hadis rekaan yang seperti ini mereka akan bersungguh-sungguh dalam menghidupkan amalan Tarawih ini. Dan orang yang malas bersembahyang bawalah hadis yang bagaimana teruk sekalipun seksaannya, namun mereka tetap tidak mahu mengerjakannya.


Antara ciri-ciri hadis maudhu`(rekaan) dari segi zahirnya selain dari meneliti sanad perawinya ialah :

1. Kelebihan yang disebutkan menyamai atau mengatasi kelebihan yang terdapat pada para sahabat nabi kita Muhammad s.a.w. atau orang yang berjuang bersama dengan nabi yang lain apatah lagi untuk menyamai atau mengatasi kedudukan nabi-nabi kerana umat yang datang kemudian walaupun setinggi-tinggi wali sekalipun tidak akan dapat mengatasi atau menyamai kedudukan sekecil-kecil sahabat apatah lagi untuk menyamai kedudukan seorang nabi.

2. Kelebihan yang terdapat didalamnya tidak sepadan dengan amalan yang dilakukan sedangkan ia menyalahi apa yang terdapat dalam syariat sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis sahih.

3. Kandungannya serta ertinya rapuh, tidak menyerupai kalam Nabi Muhammad s.a.w. dan lafaznya tidak sesuai keluar dari mulut Nabi seperti yang terdapat dalam hadis-hadis sahih.

4. Dalam sesetengah risalah yang terdapat hadis ini, ianya dimulai dengan "Ya Ali" sedangkan ulama hadis sudah mengatakan bahawa hadis yang dimulai dengan kata-kata ini hanya dua atau tiga sahaja yang sahih. Yang lainnya palsu.


Oleh itu umat Islam sekalian, terutamanya pihak seperti institusi agama di peringkat negeri dan pusat, sepatutnya prihatin terhadap perkara seperti ini demi menjaga kesucian hadis Rasul yang menjadi pegangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Umat Islam janganlah mudah tertipu dengan dakyah palsu yang dikaitkan dengan Rasulullah sedangkan ianya tidak ada hubungan langsung dengan Rasulullah s.a.w. Janganlah sampai masyarakat kita melakukan sesuatu amalan dengan harapan akan mendapat pahala sedangkan sebaliknya dosa besar pula yang diperolehi dengan menyebarkan dan seterusnya beramal dengan hadis-hadis palsu seperti ini.

Sumber : JAIS

p/s: Salam Ramadhan buat semua.. maaf dah lama sangat tak update blog ni.. tersepit dengan kekangan masa dan blog lain.. bahan nak menulis pn xsempat nak di cari.. tapi saya akan cuba sedaya upaya utk kongsikan ilmu yg berguna buat semua.. InsyaAllah.. amin...